Lempuyangan Temple - Bali bulan September, untuk saya, mata dan langkah kaki saya dipulau dewata. Bulan ini begitu ramah seakan memberikan izin bagi siapapun untuk berpergian memanjakan mata pada setiap bagian dari pulau tanpa adanya halangan dari cuaca.

Kemudian, saya tentukan untuk menuju salah satu dari sekian pura yang berada di Bali. Pada dasarnya, setiap pura adalah sarana bagi mereka untuk beribadah serta mendekatkan diri kepada yang maha kuasa dengan setiap kepercayaannya masing-masing. Namun, pura yang saya kunjungi kali ini punya sesuatu yang berbeda. Pura kuno yang sudah berdiri ratusan tahun dengan latar belakang ciptaan tuhan yang maha gagah, Gunung Agung.

Dini hari pukul 04.00 saya nyalakan kendaraan berwarna orange dengan model klasik  yang akan mengantarkan saya menuju Pura Lempuyangan. Estimasi perjalanan yang akan ditempuh adalah 3 - 4 jam. Baiknya, bagi kalian yang ingin kesana tidak pada musim hujan. alasannya sederhana yaitu akses jalan menuju pura lempuyangan akan melewati sisi gunung dan lembah yang berarti sisi jalan akan lebih lembab dan licin. Karena pura ini tidak terletak di tengah kota.

Tiba saatnya sampai di tujuan. Pura megah itu masih diselimuti oleh kabut. Hanya anak tangga serta loket masuk yang kasat mata. Sebelum masuk ke dalam, petugas memberikan beberapa arahan ketika berkunjung ke Pura ini yaitu;
1. Tidak diperkenankan menggunakan pakaian terbuka, seperti pada umumnya dalam mengunjungi tempat ibadah harus menyesuaikan.
2. Tidak diperkenankan bagi wanita yang sedang ada halangan.
3. Wajib menggunakan kain. Kain ini akan disewakan di loket masuk bagi yang tidak membawa (dengan biaya seiklasnya).

Setelah penjaga bercerita singkat tentang sejarah dan peraturan yang berlaku, saya-pun dipersilahkan untuk masuk. Pura ini memiliki beberapa titik yang akan dituju. Namun, tidak dibutuhkan waktu lama menuju  pintu pura yang memiliki latar gunung agung.

Ternyata, Sampai disana sudah banyak tourist yang sedang menyaksikan warga sekitar beribadah. Entah kenapa, saat itu lebih banyak warga asing yang datang berkunjung, Entahlah. Gunung agung yang maha megah masih diselimuti oleh kabut, seakan bersembunyi entah sampai kapan. Hari itu saya benar-benar merasakan bagaimana heningnya pura meskipun banyaknya orang yang datang untuk beribadah. Tamu yang berkunjung pun seakan dibuat sadar untuk tidak mengganggu.

Jam tangah saya menujukan pukul 11.00 siang, yang berarti harus segera bergegas dan meninggalkan tempat ini. Lokasi ini menjadi begitu ramai ketika masuknya ke dalam media sosial yang merekam bagaimana pura yang dilatar belakangi oleh Gunung Agung.

Selagi masih di Bali, Kemana lagi ya?

Sincerely,
Dimas Prasetyo.
Found me on Instagram @dmsprasetyo, Cheers!