Lempuyangan Temple - Bali bulan September, untuk saya, mata dan langkah kaki saya dipulau dewata. Bulan ini begitu ramah seakan memberikan izin bagi siapapun untuk berpergian memanjakan mata pada setiap bagian dari pulau tanpa adanya halangan dari cuaca.

Kemudian, saya tentukan untuk menuju salah satu dari sekian pura yang berada di Bali. Pada dasarnya, setiap pura adalah sarana bagi mereka untuk beribadah serta mendekatkan diri kepada yang maha kuasa dengan setiap kepercayaannya masing-masing. Namun, pura yang saya kunjungi kali ini punya sesuatu yang berbeda. Pura kuno yang sudah berdiri ratusan tahun dengan latar belakang ciptaan tuhan yang maha gagah, Gunung Agung.

Dini hari pukul 04.00 saya nyalakan kendaraan berwarna orange dengan model klasik  yang akan mengantarkan saya menuju Pura Lempuyangan. Estimasi perjalanan yang akan ditempuh adalah 3 - 4 jam. Baiknya, bagi kalian yang ingin kesana tidak pada musim hujan. alasannya sederhana yaitu akses jalan menuju pura lempuyangan akan melewati sisi gunung dan lembah yang berarti sisi jalan akan lebih lembab dan licin. Karena pura ini tidak terletak di tengah kota.

Tiba saatnya sampai di tujuan. Pura megah itu masih diselimuti oleh kabut. Hanya anak tangga serta loket masuk yang kasat mata. Sebelum masuk ke dalam, petugas memberikan beberapa arahan ketika berkunjung ke Pura ini yaitu;
1. Tidak diperkenankan menggunakan pakaian terbuka, seperti pada umumnya dalam mengunjungi tempat ibadah harus menyesuaikan.
2. Tidak diperkenankan bagi wanita yang sedang ada halangan.
3. Wajib menggunakan kain. Kain ini akan disewakan di loket masuk bagi yang tidak membawa (dengan biaya seiklasnya).

Setelah penjaga bercerita singkat tentang sejarah dan peraturan yang berlaku, saya-pun dipersilahkan untuk masuk. Pura ini memiliki beberapa titik yang akan dituju. Namun, tidak dibutuhkan waktu lama menuju  pintu pura yang memiliki latar gunung agung.

Ternyata, Sampai disana sudah banyak tourist yang sedang menyaksikan warga sekitar beribadah. Entah kenapa, saat itu lebih banyak warga asing yang datang berkunjung, Entahlah. Gunung agung yang maha megah masih diselimuti oleh kabut, seakan bersembunyi entah sampai kapan. Hari itu saya benar-benar merasakan bagaimana heningnya pura meskipun banyaknya orang yang datang untuk beribadah. Tamu yang berkunjung pun seakan dibuat sadar untuk tidak mengganggu.

Jam tangah saya menujukan pukul 11.00 siang, yang berarti harus segera bergegas dan meninggalkan tempat ini. Lokasi ini menjadi begitu ramai ketika masuknya ke dalam media sosial yang merekam bagaimana pura yang dilatar belakangi oleh Gunung Agung.

Selagi masih di Bali, Kemana lagi ya?

Sincerely,
Dimas Prasetyo.
Found me on Instagram @dmsprasetyo, Cheers!



Flores, Nusa Tenggara Timur - Hari ke 6 saya berada di Nusa Tenggara Timur. Saya termasuk seseorang yang jika traveling harus berdasarkan Itinerary yang sudah saya rencanakan sebelumnya. Eit, dalam konteks ini saya tidak offensive bagi kalian yang traveling tidak selalu mengacu pada rencana, itu pilihan. Saya jelaskan beberapa tempat yang masuk rincian perjalanan kali ini, yaitu;

1. Labuan Bajo
2. Pulau Rinca
3. Pulau Komodo
4. Pulau Kelor
5. Pink Beach
6. Batu Cermin Cave
7. Waerebo

Dan cerita kali ini, menuturkan perjalanan saya ke Waerebo, desa sederhana diatas awan. Waerebo terletak di kota Rute, Nusa Tenggara Timur. berdiri diatas ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut, yang dimana harus ditempuh dengan mendaki gunung 3 sampai 4 jam lamanya. Namun, lamannya pendakian akan terbayarkan dengan pemandangan 7 rumah adat di tengah hamparan hijau pepohonan. Bagi saya, Waerebo adalah desa terindah yang pernah saya kunjungi.

Pagi dini hari, tepatnya pukul 03.00 Wita saya terbangun karena dering alarm yang saya siapkan malam sebelumnya. Mengetahui jarak yang ditempuh dari Labuan Bajo (tempat saya bermalam) untuk sampai Ruteng adalah 7 - 9 jam menggunakan mobil. Disamping itu saya juga harus memperhitungkan lamanya pendakian untuk sampai ke Desa Waerebo. Sedikit cerita, Jalan protokol yang ada di pulau flores ini sudah di aspal, sehingga mobil yang saya naiki dapat menjaga laju agar tetap cepat, namun tetap hati-hati. 

Sesampainya di rumah kepala desa sebelum jalur pendakian, ada beberapa hal yang harus saya isi sebagai data pendaki yang berkunjung ke Waerebo.

Tips saat berkunjung ke Desa Waerebo;
1. Ada dua pilihan yang ditawarkan, menginap di Desa Waerebo atau hanya One Day Trip. Saya sarankan untuk memilih menginap. Kenapa? disamping kalian akan mendapatkan pengalaman disana dan mengetahui perjalanan untuk sampai desa adalah 3 - 4 jam lamannya, berarti jika mengambil One Day Trip harus mempersiapkan fisik lebih, tidak. Lebih baik saya menginap dan menikmati alam untuk dua hari dan satu malam. 
2. Jangan terlalu banyak membawa barang ke atas desa, Karena jalur yang akan dilewati tidak lurus-lurus aja, Ingat!
3. Bawalah air secukupnya, At Least cukup untuk sampai desa.
4. Persiapkan diri untuk melihat desa terindah di Indonesia, Versi saya.


Bagi beberapa orang, berjalan menuju waerebo hanya seputar waktu. Detik dimana mulai kaki ini dilangkahkan sampai pada akhirnya berganti menjadi jam ketika sampai di tempat tujuan. Namun, dalam hal ini menurut saya bukanlah soal berapa lama kita berjalan, bukan soal tentang berapa banyak foto bagus yang akan diunggah. Lebih dari itu, ada bagian dari diri yang saya bawa kepuncak untuk lebih bersyukur, untuk lebih menghargai waktu dan arti sebuah proses.

WaeRebo, Saya inget betul hari yang saya habiskan disana. Dua hari, tidak cukup bagi saya untuk tinggal disana. Namun, lebih dari cukup untuk saya merasa bersyukur dengan apa yang sudah saya miliki sampai saat ini. 


Warm Regards,
Dimas Prasetyo


Find me on Instagram @dmsprasetyo, Cheers!



Flores, Nusa Tenggara Timur - Saat itu, tanah indah di timur Indonesia belum begitu ramai dibicarakan atau bahkan dikunjungi. Benar, media sosial seakan menjadi pintu yang selalu terbuka bagi siapapun untuk datang kesebuah tempat. Lihat, apa yang tidak bisa ditemukan disana? Saya rasa tidak ada.

Tahun 2015 lalu, Flores menjadi Bucketlist saya selanjutnya. Sore itu, saya pikir rute yang akan saya pilih untuk keberangkatan dari Jakarta menuju Flores adalah jalur darat. whoop! jaraknya 2.162 km. Hal yang membuat saya mengesampingkan jauhnya jarak adalah jelas pengalaman yang akan saya dapat selama 3 hari perjalanan. Rute yang saya lewati adalah Bandung (karena saat itu saya tinggal di Bandung) - Yogyakarta - Surabaya - Banyuwangi - Bali - Lombok - Sumba - Labuan Baju, Flores. Singkat cerita, setelah 3 hari perjalanan darat saya sampai dengan, senang, lusuh, dan hal - hal yang saya tidak habis pikir kenapa bisa saya memilih melalui jalur darat sedangkan ada jalur udara yang tidak memakan waktu yang lama. Ah, biarin, kalo saya lewat udara saya tidak akan pernah merasa ada di terminal Sape yang mencekam (bagi saya yang tidak tau keadaan), Saya tidak pernah tau gimana rasanya berada diatas kapal fery dilaut lepas selama 8 jam, itu semua mewakili 3 hari saya selama perjalanan.

8 Hari saya akan berada di daratan yang terkenal dengan hewan purba terakhir di Indonesia, Komodo! dan cerita ini akan lebih membahas tentang 5 Pulau utama yang harus dikunjungi saat kalian datang ke Flores.

Day 1 - Labuan Bajo
Labuan Bajo itu portal masuk. Ko? iya, jika kalian ingin mengunjungi pulau di kepulauan komodo dan lewat jalur darat, akan berlabuh di Pelabuhan Labuan Bajo. Sama halnya jika lewat jalur udara, Dari bandar udara Labuan Bajo - Komodo pun harus datang kesini terlebih dahulu karena seluruh agen sailing tripnya ada di pelabuhan Labuan Bajo. Nanti, saat datang kesini jangan lupa untuk datang ke Batu Cermin Cave, lokasinya 10 menit dari kota Labuan Bajo. 

Dahulu, Goa Batu Cermin merupakan dasar laut, sehingga saat saya datang, hal yang terbayangkan adalah bagaimana tingginya air laut, sehingga saat surut membentuk Goa ini. 



Day 2 - Pulau Rinca
Pulau yang menjadi salah satu terbesar dan terpadat yang dihuni oleh warga lokal dikepulauan komodo. Ada dua pilihan jika kalian ingin melihat sang Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Komodo - lah tempatnya. Saat sampai kesana, sudah ada bagian dari pengelola yang akan menyambut hangat. Mereka akan mengantarkan keliling pulau dan akan diakhiri dengan Bukit Cinta yang terletak di dataran tinggi pulau ini.



Day 3 - Pulau Komodo
Hanya cuaca di Pulau Flores yang tidak ramah, Panas! hal ini sangat berbanding terbalik dengan penduduk sekitar. Mereka begitu ramah. Saat kapal saya berlabuh di Pulau Komodo, saya tidak sabar untuk segera melihat hewan komodo walaupun waktu di Pulau Rinca kami (saya dan komodo) sempat bertemu. Warga lokal yang bekerja secara bergantian mengantarkan satu per satu pengunjung yang datang, mereka menjelaskan apa yang bisa dilakukan dan dilarang selama kami berkeliling. Dan saya suatu saat kalian datang kesini, akan mendengan cerita, " Dahulu, ada turis yang datang kesini, mereka hilang. Sampai dua hari kami cari tidak ketemu. Dan, saat itu pencarian berakhir saat petugas menemukan tulang saja". i was amazed when i saw the last dragon in the world, Hussssh!


Day 4 - Pulau Kelor
Seutuhnya, saya tidak begitu paham kenapa pulau ini diberi nama Pulau Kelor. Yang saya tau, Saat datang dan berjalan mendaki beberapa ratus meter setelah perahu dilabuhkan, Pulau Kelor terlihat begitu anggun dari atas. Gundukan diseberang pulau yang membentuk segitiga yang sempurna dan air laut yang jernih dan tenang membayar rasa lelah saya sesaat untuk pendakian tadi.


Day 5 - Pink Beach
Rasanya tidak ada yang tidak mempesona bagi setiap sudut hamparan pulau disini. Saya mengatakan, sudah cukup untuk beberapa hari saya keliling dengan kapal, yang saya inginkan adalah berenang dengan air yang tenang. Nakoda kapal membawa saya ke tujuan terakhir, yaitu Komodo Pink Beach. Apalagi? yang saya katakan dalam hati. Ah, Sudahlah biar kalian yang membaca tulisan ini mewakili saya mengungkapkan kesan untuk Komodo Pink Beach.




Well, Hopefully you enjoy the story. But, Wait! I've another one. Did you ever heard about WaeRebo Traditional Village? Actually, after had a looong days living on board i prepared all my stuff (again) and get ready for another of journey.

Warm Regards,
Dimas Prasetyo


Find me on instagram @dmsprasetyo, Cheers!











Malang -  Suasana dingin kota yang berbanding terbalik dengan hangatnya sambutan masyarakat menyapa saya saat datang berkunjung kesini. Apa yang terbayang saat pergi dan datang ke satu tempat, namun tidak merasa adanya rasa aman dan nyaman ketika kita menginjakan langkah untuk pertama kalinya? Tidak, bayang-bayang itu akan hilang seutuhnya. Kehangatan dari setiap sudut kota bisa ditemukan disini. ya, saya-pun tidak meragukannya. Saat Pulau Sempu begitu fenomenal disebarkan di media sosial, kota Malang-pun jadi tujuan utama para pejalan yang ingin melepaskan penat, atau memang menjadi agenda liburan rutin yang sudah direncanakan. Namun, bukan itu yang saya ingin temukan, ada sepotong benua eropa yang dibangun dikota ini. Mungkin ini akan mengobati rasa penasaran saya untuk berkunjung ke eropa, setidaknya.

Museum Angkut, lokasinya terletak 35 menit dari kota Malang. Saya-pun tidak merasakan jauhnya jarak menuju Museum Angkut, karena selama perjalanan,semua perhatian saya teralihkan oleh riuk pikuk kota yang seakan-akan tidak ingin membiarkan siapapun yang datang ke kota ini merasa bosan. Sesampai disana, bangunan kotak bertuliskan Loket Masuk sudah siap menyambut pengunjung dengan senyuman yang mereka bagikan secara sukarela, begitu ramahnya kota ini. 

Untuk biaya tiket masuk ;

Weekdays: Rp. 70.000,-
Weekend:  Rp. 80.000,-

*dan untuk pengunjung yang datang membawa kamera sejenis DSLR, Polaroid, Handycam dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 30.000,-

#1 Visit Abbey Road and Create The Beatles Cover



 #2 The Law of the Street is Take or be Taken


3# British Red Telephone Booth


4# London, when you can find something fresh in every day




Warm Regards,
Dimas Prasetyo

Catch me on Instagram @dmsprasetyo, Cheers!





Mt. Papandayan - Carrier, baju hangat, persediaan makanan dan tidak lupa alat untuk proses dokumentasi sudah siap semua. Esok hari menjadi  'pendakian' kecil yang akan menyenangkan. Papandayan, gunung dengan ketinggian 2662 mdpl jadi tujuan saya selanjutnya. Lokasinya terletak di Garut, Jawa Barat. Kebetulan dalam beberapa tahun ini saya berdomisili di kota Bandung, sehingga jarak menuju Papandayan tidaklah begitu jauh.

Papandayan hari ini, dingin. seperti selayaknya puncak gunung di pagi hari. langit ditutupi awan tebal, serta angin yang tidak ada hentinya datang dan pergi. Yang selalu mewarnai pendakian adalah saat ber-papasan dengan pendaki lain dan tak heran saat satu dua kalian terucap; mari mas, sebentar lagi mas, duluan ya mas? (bareng juga gapapa mba). 

Gunung Papandayan bisa dikatakan cocok pagi pendaki pemula, mereka yang mulai mencoba menyukai hobby hiking dan Papandayan adalah jawabannya. Jalur pendakian gunung ini  tidak sulit untuk di lalui maka dari itu banyaknya pengunjung datang yang memilih gunung ini menjadi destinasi pendakian mereka. Waktu yang ditempuh untuk sampai Pondok Salada (*Lahan yang disediakan untuk pendaki bermalam) 2-3 jam, tergantung bagaimana pendaki berjalan. Rute disini pun bisa dikatakan sebagai rute landai, dikarenakan sedikitnya jalur yang curam atau memang sulit untuk dilalui.

Cukup bagi saya untuk menghabiskan waktu 2 hari 1 malam mengunjungi gunung ini, dan ini adalah bonus yang didapat saat datang dan bermalam di Papandayan, 
#1 Hutan Mati
Pada tahun 2002, gunung ini erupsi dan menyebabkan beberapa daerah disekitar gunung terbakar, salah satunya yang bisa ditemui sekarang adalah Hutan Mati. Sejak awal yang tersirat dikepala keadaan hutan ini akan menjadi begitu enggan untuk dikunjungi. Mati, ya. kata itu yang menggambarkan bagaimana suasana di hutan, sunyi dan kelam. Namun ternyata, Hutan mati disini begitu akrab, seakan menarik pengunjung untuk datang dan bertamu.





#2 Tegal Alun 
Melihat sesuatu yang asing, bahkan sukar untuk ditemui. Bunga cantik ini hanya akan tumbuh diatas ketinggian 2000 mdpl sehingga menjadi begitu istimewa saat menemuinya. Di komplek gunung ini, ada lahan yang luas untuk menyaksikan jajaran bungan edelweis, Tegal Alun menjadi begitu akrab bagi pendaki yang melintasi Gunung Papandayan.Yang begitu melekat dengan etika dalam mendaki adalah, sudah menjadi larangan untuk memetik dan membawa bunga ini turun dari asalnya. Bunga Edelweis, Kesederhanaan dalam puncak perjalanan.





#3 Kawah Papandayan



#4 View Gunung Cikuray




Travel as much as you can, as far as you can. When you have times, Just go! Don't wait. The time will never be just right.

Warm Regards,
Dimas Prasetyo 


Find me on instagram @dmsprasetyo to see another journey, Cheers!




Abu Dhabi - United Arab Emirates terbagi menjadi 7 negara bagian yaitu, Abu Dhabi, Ajman, Fujairah, Dubai, Ras Alkhaimah, Sharjah, dan Umm Al Qaiwain. Dari 7 negara bagian ini, Abu Dhabi menjadi Ibu Kota untuk United Arab Emirates itu sendiri. Selain itu, memang untuk siapapun yang ingin berpergian menuju europe terutama mereka yang berangkat dari asia, biasanya akan transit di Abu Dhabi terlebih dahulu, setelah itu barulah penerbangan dilanjutkan ke Eropa.

jika dilihat keadaan kota ini sebenarnya tidak jauh berbeda saat saya berada di Dubai, semua sudut kota tertata rapih, terik matahari yang tak mampu saya hindari dan selalu yang saya perhatikan adalah kenyamanan bagi masyarakat untuk menggunakan transportasi umum yang sudah layak. Dari 7 negara bagian, dan alasan saya memilih untuk mengunjungi Abu Dhabi adalah terdapatnya satu bangunan yang ingin saya lihat, yaitu Syeikh Zayed Grand Mosque. Bangunan besar dan kokoh ini terdapat di tengah kota sehingga tidak sulit untuk saya kunjungi. Suhu saat itu mencapat 52 Derajat Celcius tidak menyurutkan keinginan saya untuk tetap berkunjung. 


Untuk kalian yang mungkin sering melihat saat kaum dari timur tengah menggunakan pakaian panjang satu warna, saya coba bantu untuk jelaskan.Ada 2 jenis pakaian yang pada umumnya sering digunakan orang timur tengah saat berpergian. Bahkan pada saat saya mengunjungi Dubai Mall, banyak dari mereka yang memang nyaman menggunakan pakaian tersebut. Abaya dan Kondura. Bagi kaum laki-laki menggunakan Kondura sedangkan kaum wanita menggunakan yang namanya Abaya. 

Jika, dilihat dari foto yang saya ambil saat di Syeikh Zayed Grand Mosque, dibelakang saya beberapa pengunjung memang lebih memilih menggunakan pakaian seperti itu. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk tetap menggunakan pakaian bebas seperti yang saya gunakan.

Siang itu, bertepatan dengan waktu Dzuhur, sehingga sebelum meninggalkan mesjid ini, saya luangkan waktu untuk solat terlebih dahulu disamping menjadi cerita beribadah di masjid yang megah ini. Syeih Zayed Grand Mosque disamping sebagai tempat ibadah, masjid ini memang menjadi destinasi pariwisata di Abu Dhabi, bahkan disalah satu bagian masjid ini memang disediakan seperti layaknya Tour the Mosque dan itu menjadi hal yang menarik untuk melihat ukiran dan hiasan yang ada di dalam masjid. Setelah cukup puas berkeliling masjid, ternyata tidak jauh dari masjid ini dekat dengan icon kota Abu Dhabi yang menjadi viral karena digunakan sebagai scenes film Fast and Furios, tanpa pikir panjang saya pun melanjutkan untuk melihat bagaimana bangunan yang ada di film dengan mata dan kepala saya sendiri.





Warm Regards,
Dimas Prasetyo 


Find me on instagram @dmsprasetyo to see another journey, Cheers!









Jakarta, 24 Juli 2016. Hari ini akan jadi hari yang panjang dalam hidup saya, meninggalkan keluarga untuk waktu yang tidak sebentar. Lebih dari itu, bukan hanya dipisahkan oleh perbedaan waktu namun untuk semua yang dapat disimpulkan sebagai perpisahan untuk jangka lama. Keputusan ini sudah ditentukan, dan harus dijalani. Saya besar bukan dari keluarga yang berlebih dimana mereka selalu mengajarkan; saat ingin mendapatkan sesuatu, adalah tanggungjawab diri sendiri, bukan kewajiban orang lain untuk memberikannya.

Di awal tahun 2015, saya berpikir bagaimana dan kapan bisa melihat bangunan tertinggi didunia serta tempat-tempat indah lainnya yang memang tidak ada di Indonesia. Benar, satu dari Wishlist  yang saya impikan adalah perjalanan ke Dubai, United Arab Emirates. Seperti biasanya, sebelum melakukan perjalanan atau pergi ke sebuah tempat yang mau dikunjungi, nulis destinasi yang ada disana jadi hal penting *even nanti sempet atau engganya ya urusan kedua*. Dan ternyata pertengahan tahun 2016 semua itu menjadi nyata, saya akan berangkat dan berharap bisa melihat apa yang sudah saya tulis sebelumnya tentang tempat yang ingin dikunjungi.

Jakarta, 24 Juli 2016 Pukul 09.00 PM, Hari itu bandara begitu ramai, keramaian itu diisi dengan ribuan pengunjung dari mereka yang menunggu kedatangan sanak keluarga atau menjadi awal dari perpisahan seperti yang saat ini dirasakan. Setelah semua barang yang sudah dipastikan tidak ada yang tertinggal, berat rasanya kaki ini untuk melangkah menuju ruang tunggu keberangkatan. Perjalanan yang akan ditempuh memakan waktu kurang lebih 9 jam dari Jakarta menuju Doha, Qatar lalu dilanjutkan dari Doha menuju Dubai dengan waktu 2 jam. Pengalaman perjalanan ini menggunakan Qatar Airlines yang dirasakan adalah sambutan hangat dari Cabin Crew, selayaknya menyambut keluarga saat datang berkunjung kerumah. Dikarenakan keberangkatan saya pada malam hari, sehingga hanya kumpulan cahaya kota pada malam hari serta kegelapan yang ada di sisi jendela.

Doha-Qatar, 25 Juli 2016. Pukul 06.30 AM, Tiba-lah pesawat di Doha International Airport. Transit ini seharusnya tidak memakan waktu yang lama untuk melanjutkan perjalanan. Tidak cukup sulit untuk menemukan arah menuju penerbangan selanjutnya dengan pesawat yang sama namun ukuran yang lebih kecil, sedikit mengantarkan 2 jam selanjutnya untuk sampai Dubai.

Dubai-United Arab Emirates, Pukul 9.00AM. akhirnya sampai juga di negara bagian ini, gak sabar buat keliling dan liat semua yang emang udah jadi bucket list pas di Indonesia.

#1 City View, Kotanya rapih banget!
Buat tinggal disini kayaknya udah gak perlu stress sama namannya macet, disini lalu lintasnya lancar banget dan public transportation nya juga udah bagus, jadi gak perlu lagi deh takut buat kena macet buat sampai di satu tujuan.








#2 Dubai Miracle Garden, The largest Vertical Garden in the World.
"di Dubai, apa yang gak bisa di temuin?" ini adalah salah satu ucapan yang ternyata sudah saya buktikan. bagaimana bisa ada ratusan, bahkan ribuan bunga yang bisa tumbuh di padang pasir yang terik? Sangat beruntung karena Dubai Miracle Garden hanya buka pada periode tertentu. Dan tempat ini juga diakui oleh Guinness Book Record sebagai taman bunga vertikal terbesar didunia.

How Much does it Cost ?
30 AED, atau sekitar 100.000 rupiah.







#3Wild Wadi Water Park
Keliling kota Dubai yang cuacanya panas, bisa di-obatin dengan berenang disini! banyak wahana airnya jadi gak kerasa seharian disini. dari kota Dubainya, butuh waktu sekitar 30 menit karena letaknya lebih ke utara, kearah Palm Jumairah Island.

How Much does it Cost?
75 AED, 270.000 Rupiah.









#4 Dubai Fountain, pertujukan tenang untuk menutup hari
Dubai Fountain ini ada tepat di belakang Dubai Mall, atraksi air menari-nari ini ada setiap harinya. lagu yang disesuaikan dengan air yang keluar jadi hiburan yang menyenangkan dimalam hari. eh, Katanya udah ada juga ya yang kaya gini di Indonesia?



#5 Old Souq, Dubai rasa Venizia!
di Italia, ada satu kota yang emang unik dan itu adalah Venizia. Pertama kenapa suka dengan italia? budaya minum kopi mereka gak perlu diragukan. dan yang kedua, dinegara ini transportasi airnya juga berjalan dengan baik. salah satunya ya di Venizia. Coba deh, kalian browsing tempat itu dan liat sama Old Souq yang ada di Dubai, gak jauh beda kan?







#6 Desert Safari, Lautan gurun yang gak ada ujunganya.
Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan negara Dubai bisa dikatakan sangat cepat, dahulu hanya hamparan gurun yang ada dinegara ini, namun sekarang semua itu berubah, bangunan tinggi, hotel berbintang hingga wisata air sudah menjadi daya tarik negara Dubai. Kali ini saya memilih untuk memiliki pengalaman berkeliling padang gurun, menaiki unta hingga menutup malam dengan pertunjukan tarian asli daerah sini di ujung Camp batas akhir trip Desert Safari ini.







#7 Dubai Mall, definisi luas mall ini apa ya? Gede banget.
Karena lokasinya berdekatan dengan Dubai Fountain dan Burj Khalifa, Dubai Mall jadi destinasi yang harus dikunjungi. Dubai mall yang jadi mall terbesar di dunia selalu ramai dengan turis yang berkunjung untuk sekedar melihat-lihat barang atau memang bertujuan melihat Dubai Fountain di malam hari.




#8 Burj Al-Arab




#9 Burj Khalifa, Highest Building in The World
Yang terakhir adalah, Burj Khalifa. Apa yang kalian rasain saat bisa dateng atau ngalamin langsung ketempat yang emang kalian pingin banget liat? rasanya, iya. takjub dan bersyukur banget bisa ngerasain ini semua. Hi, Highest Building in the World!



well, fill your life with experienecs, not things. 
Have stories to tell, not stuff to show.
find me on Instagram to see another journey, @dmsprasetyo